MARS STAH LAMPUNG
Jumat, 06 Desember 2013
Selasa, 29 Oktober 2013
Sabtu, 05 Oktober 2013
Meyakini
punarbhawa Melalui Pratyaksa Pramana
(pengetahuan/Pengalaman
Secara Langsung)
Oleh:Nikadek
Elfrida Putri
Om
swastyastu
Pratyaksa Pramana adalah cara
untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan cara mengamati langsung terhadap
sesuatu obyek, sehingga tidak ada yang perlu diragukan tentang sesuatu itu
selain hanya harus meyakini. Misalnya menyaksikan atau melihat dengan mata
kepala sendiri, kita menjadi tahu dan yakin terhadap suatu benda atau kejadian
yang kita amati. Untuk dapat mengetahui serta merasakan adanya Sang Hyang Widhi
Wasa dengan pengamatan langsung haruslah didasarkan atas kesucian batin yang
tinggi dan kepekaan intuisi yang mekar dengan pelaksanaan yoga samadhi yang
sempurna. Dalam Wrhaspati Tattwa sloka 26 disebutkan: Pratyaksanumanasca
krtan tad wacanagamah pramananitriwidamproktam tat samyajnanam uttamam. Ikang
sang kahanan dening pramana telu, ngaranya, pratyaksanumanagama.
Adapun orang yang dikatakan memiliki tiga cara untuk mendapat pengetahuan yang disebut Pratyaksa, Anumana, dan Agama.
Adapun orang yang dikatakan memiliki tiga cara untuk mendapat pengetahuan yang disebut Pratyaksa, Anumana, dan Agama.
Pratyaksa ngaranya katon
kagamel. Anumana ngaranya kadyangganing anon kukus ring kadohan, yata
manganuhingganing apuy, yeka Anumana ngaranya.
Pratyaksa namanya
(karena) terlihat (dan) terpegang. Anumana sebutannya sebagai melihat asap di
tempat jauh, untuk membuktikan kepastian (adanya) api, itulah disebut Anumana.
Banyak sekali pertanyaan serta
hujatan yang di tujukan untuk umat hindu mengenai ajaran yang menjelaskan
tentang kelahiran yang berulang-ulang yang secara umum biasa di sebut
reinkarnasi atau dalam umat hindu sering disebut dengan punarbhawa.
Dalam hal ini penulis ingin
menjelaskan tentang punarbhawa yang sebenarnya sulit dibuktikan dengan teori
dari itu penulis mengaitkan sebuah cerita nyata yang dapat menjelaskan bahwa punarbhawa
memang terjadi.
Lalu bagaimana dengan Punarbhawa? Apakah bisa
dibuktikan dengan Pratyaksa Pramana?
Kata
punarbhawa terdiri dari dua kata Sanskerta yaitu "punar"
(lagi) dan "bhawa" (menjelma). Jadi Punarbhawa ialah keyakinan
terhadap kelahiran yang berulang- ulang yang disebut juga penitisan atau samsara.
Dalam Pustaka suci Weda tersebut dinyatakan bahwa penjelmaan jiwatman berulang-
ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut samsara.
Kelahirannya yang berulang- ulang ini membawa akibat suka dan duka. Punarbhawa
atau samsara terjadi oleh karena jiwatman masih dipengaruhi oleh Wisaya
dan Awidya sehingga kematiannya akan diikuti oleh kelahiran kembali.
Dalam Bhagavad-Gita
Sang Krisna berkata:
Wahai
Arjuna, kamu dan Aku telah lahir berulang- ulang sebelum ini, hanya Aku yang
tahu sedangkan kamu tidak, kelahiran sudah tentu akan diikuti oleh kematian dan
kematian akan diikuti oleh kelahiran.
Penelitian
Ilmiah Reinkarnasi Kehidupan
Reinkarnasi
memiliki hubungan yang erat dengan Karma yang mana keduanya merupakan suatu
proses yang terjalin erat satu sama lain. Reinkarnasi dapat dikatakan sebagai
kesimpulan atas semua karma yang telah didapat dalam suatu masa kehidupan. Baik
buruknya karma yang dimiliki seseorang akan menentukan tingkat kehidupannya
pada reinkarnasi berikutnya.
Dengan keyakinan terhadap reinkarnasi ini dan hubungannya dengan karma, maka umat harus sadar bahwa kehidupan sekarang ini merupakan kesempatan yang baik untuk memperbaiki diri demi kehidupan yang lebih baik pada masa datang.
Dengan keyakinan terhadap reinkarnasi ini dan hubungannya dengan karma, maka umat harus sadar bahwa kehidupan sekarang ini merupakan kesempatan yang baik untuk memperbaiki diri demi kehidupan yang lebih baik pada masa datang.
Rabu, 02 Oktober 2013
Minggu, 29 September 2013
Selasa, 24 September 2013
Padmasana
Mengingat rekan-rekan sedharma di Bali dan di luar Bali
banyak yang membangun tempat sembahyang atau Pura dengan pelinggih utama berupa
Padmasana, perlu kiranya kita mempelajari seluk beluk Padmasana agar tujuan
membangun simbol atau “Niyasa” sebagai objek konsentrasi memuja Hyang Widhi
dapat tercapai dengan baik.
- Arti Padmasana
- Hiasan Padmasana
- Bentuk-Bentuk Padmasana
- Letak Padmasana
- Memilih Lokasi Padmasana
- Pembagian Halaman Padmasana
- Asta Kosala dan Asta Bumi
- Hulu-Teben
- Bentuk Halaman Padmasana
- Pemedal Padmasana
- Jarak Antar Pelinggih
- Pelinggih (Stana) yang Dibangun
- Upacara Ngenteg Linggih
1. ARTI PADMASANA
Padmasana berasal dari Bahasa Kawi, menurut Kamus
Kawi-Indonesia yang disusun oleh Prof. Drs. S. Wojowasito (Penerbit CV
Pengarang, Malang, 1977) terdiri dari dua kata yaitu: “Padma” artinya bunga
teratai, atau bathin, atau pusat. “Sana” artinya sikap duduk, atau tuntunan,
atau nasehat, atau perintah.
Langganan:
Postingan (Atom)